Jakarta, CNBC Indonesia – Ekonom senior INDEF Faisal Basri mengkritik impor beras yang dilakukan jelang Pemilihan Umum 2024. Kritik itu disampaikan Faisal selaku ahli yang dihadirkan Tim Hukum Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin (1/4/2024).
Dalam kesempatan itu, Faisal menyampaikan paparan bertajuk “Bansos Menjelang Pemilu 2024 Sangat Ugal-Ugalan untuk Memenangkan Prabowo-Gibran”. Mulanya, Faisal menilai El Nino yang menjadi argumen pemerintah dalam kebijakan bantuan sosial tahun lalu tidak tepat lantaran keadaan pada tahun 2021 lebih parah.
“Kenapa 2021 nggak ada (bantuan) El Nino? Jadi nyata bahwa (bantuan) El Nino ini kebutuhan untuk meningkatkan suara. Only that dari segi data itu. Ini yang sangat memilukan dan seolah-seolah kita semua bodoh, ramalan cuaca, sudah di-support BMKG, BPS, BRIN, dan sebagainya. Jadi tidak dipercaya lembaga pemerintah sendiri,” kata Faisal.
“Dengan segala macam bencana yang selalu ada, tapi tidak ada yang bersifat nasional, itu luas lahan panen itu tetap di atas 10 juta hektare, nggak pernah di bawah 10 juta hektare, produktivitas naik sehingga per hektare naik, sehingga produksi beras cuma turun 600an ribu ton. Tapi seolah-olah kita mau kiamat, diimpor lah 3 juta ton beras,” lanjutnya.
Dari sisi logika, menurut Faisal, apabila tiga juta ton beras impor itu digelontorkan ke pasar, tidak mungkin harga beras mencapai harga tertinggi sepanjang sejarah pada bulan Februari lalu.
“Jadi kita ini impor untuk apa kalau tidak untuk stabilisasi pangan? Tujuan impor kan karena pasokan di dalam negeri terbatas sehingga pasokan terbatas sehingga harga naik, oleh karena itu ada stabilisasi, kita tidak bisa menunggu panen sebelumnya, kita impor. Impornya 3 juta ton, padahal penurunan produksi 600 ribu ton,” ujar Faisal.
“Apa yang ada di kepala mereka itu? Oh siapa tahu nanti dua putaran, masih bisa nih ada stok buat bagi-bagi beras sampai putaran kedua. Jadi penuh dengan siasat yang menurut saya sudah keterlaluanlah, terlalu vulgar,” lanjutnya.
Artikel Selanjutnya
Lapor Pak Jokowi! Harga Beras Makin Mengkhawatirkan
(miq/miq)