Jakarta, CNBC Indonesia – Jepang kini memberi peringatan. Ini terkait volatilitas mata uangnya, yen.
Mengutip Reuters, Selasa (2/4/2024), Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki menyebut pihak berwenang siap untuk “mengambil tindakan yang tepat terhadap volatilitas nilai tukar yang berlebihan”. Tokyo tengah mencoba mencegah jatuhnya nilai mata uang yen yang sedang tidak stabil.
Pernyataan Suzuki dilontarkan setelah yen merosot ke level terendah dalam 34 tahun. Penurunan terus terjadi meski Bank Sentral Jepang (BoJ) bulan lalu memutuskan untuk mengakhiri suku bunga negatif selama delapan tahun.
“Yang bisa kami katakan adalah kami akan mengambil tindakan yang tepat terhadap volatilitas yang berlebihan, tanpa mengesampingkan opsi apa pun,” kata Suzuki pada konferensi pers rutin pada hari Selasa (2/4/2024) ketika ditanya tentang berlanjutnya penurunan yen.
Bahasa ‘tindakan yang tepat’ Suzuki sendiri telah menjadi sorotan pasar. Sebelumnya ia menggunakan istilah ‘tindakan tegas’, yang justru berdampak pada penurunan Yen yang cukup tajam saat itu.
“Selain bahasa, kami kini mengamati pasar dengan rasa urgensi yang kuat. Kami hati-hati mengamati pergerakan pasar harian,” tambahnya.
Sementara itu, Suzuki mengatakan kebijakan moneter hanyalah salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan mata uang. Diketahui beberapa hal menjadi faktor pengaruh seperti neraca transaksi berjalan masing-masing negara, perkembangan harga, risiko geopolitik, sentimen pasar, dan pergerakan spekulatif.
“Penting bagi nilai tukar mata uang untuk bergerak secara stabil dan mencerminkan fundamental. Volatilitas yang berlebihan tidak diinginkan,” ungkapnya.
Diketahui Jepang melakukan intervensi di pasar mata uang pada tahun 2022, pertama pada bulan September dan sekali lagi pada bulan Oktober. Ini untuk menopang yen ketika mata uang tersebut merosot menuju 152 terhadap dolar.
Dalam kesempatan yang sama, Suzuki menolak berkomentar ketika ditanya apakah Jepang akan melakukan intervensi besar-besaran dalam “satu pukulan” untuk menghilangkan posisi spekulatif, atau melakukan intervensi dalam beberapa tahap untuk memuluskan pergerakan yang bergejolak.
Sebenarnya para pembuat kebijakan di Jepang secara historis menyukai pelemahan yen karena hal ini membantu meningkatkan keuntungan bagi produsen besar di negara tersebut. Namun penurunan tajam yen baru-baru ini meningkatkan kekhawatiran bagi mereka sendiri karena mereka menaikkan biaya impor bahan mentah sehingga merugikan konsumsi dan keuntungan ritel.
Artikel Selanjutnya
Potret Terkini Jepang Terancam Resesi, Ekonomi Kontraksi
(sef/sef)