Jakarta, CNBC Indonesia – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membeberkan nilai investasi yang harus digelontorkan oleh perusahaan untuk membangun 3 proyek smelter atau fasilitas pemurnian dan pemrosesan nikel mencapai sekitar US$ 8,6 miliar hingga US$ 9 miliar atau Rp 143 triliun (asumsi kurs Rp 15.945 per US$).

“Hilirisasi harus makin kencang, ini sepakat, makanya yang sudah kita announce itu US$ 8,6 miliar atau sekitar US$ 9 miliar dari semua ketiga proyek ini harus kita jalankan,” jelas Senior Manager Communication Vale, Bayu Aji saat Media Gathering Vale, di Jakarta, dikutip Selasa (2/4/2024).

Adapun ketiga proyek tersebut diantaranya. Proyek smelter di Pomalaa bekerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Sedangkan pada proyek smelter di Morowali bekerja sama dengan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai). Kemudian pada proyek smelter di Sorowako juga bekerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co.

“Ini partner-partner kita inilah yang punya teknologinya. Nah, progres untuk smelternya lebih banyak di mereka, kita lebih banyak mengupdate di progres yang tambangnya,” jelasnya.

Bayu menegaskan, ketiga proyek tersebut sampai saat ini masih berprogres pembangunannya.

Seperti diketahui, perusahaan otomotif asal Amerika Serikat, Ford Motor Co, dan perusahaan nikel asal China, Zhejiang Huayou Cobalt, sepakat menandatangani perjanjian investasi (Final Investment Agreement) dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) untuk pembangunan proyek smelter nikel senilai US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 67,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).

Adapun proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) ini berlokasi di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Smelter ini akan memproduksikan 120 ribu ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Mengutip Reuters, Kamis (30/03/2023), Vale dan Huayou menargetkan pembangunan konstruksi smelter ini diharapkan bisa terwujud pada 2026. CEO Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan, kesepakatan ini cukup unik karena membawa pengalaman baru bagi Ford ke dalam bisnis hulu nikel.

Dia menyebut, Vale akan memegang 30% saham di proyek smelter ini, sementara sisanya akan dikendalikan oleh Ford dan Huayou. “Ford dapat membantu memastikan bahwa nikel yang kami gunakan dalam baterai kendaraan listrik ditambang, diproduksi dalam standar ESG yang sama sebagai bagian dari bisnis kami di seluruh dunia,” kata Christopher Smith, Chief Government Affairs Officer Ford, saat penandatanganan, dikutip dari Reuters, Kamis (30/03/2023). Kesepakatan ini juga menandai investasi perdana Ford di kawasan Asia Tenggara.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Menteri ESDM Pastikan Saham MIND ID Jadi Mayoritas di Vale


(pgr/pgr)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *