Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia diprediksi akan mengalami fenomena iklim La Nina pada kuartal ketiga 2024 nanti atau setelah El Nino diperkirakan bakal berangsur netral.
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, pada saat La Nina melanda Indonesia, justru akan menguntungkan pertanaman padi di dalam negeri. Hasilnya, surplus produksi beras di dalam negeri diyakini akan meningkat lebih besar.
Hal itu disampaikannya dalam Apel Siaga Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Idulfitri 2024, Senin (1/4/2024).
Untuk periode 3 bulan ini, Sutarto mengatakan, surplus produksi beras nasional diprediksi mencapai lebih 3 juta ton.
Untuk itu, pemerintah diminta segera melakukan penyerapan produksi beras dalam negeri. Setidaknya harus bisa menguasai 25-30%, dengan begitu posisi stok pemerintah akan aman.
“Ke depan kita punya peluang bagus. Yang terjadi adalah ramalannya La Nina. La Nina ini sebenarnya menguntungkan karena terjadinya pada musim kemarau. Kalau selama ini di beberapa daerah tampaknya tidak bisa tanam 2 kali, mudah-mudahan tahun ini lebih baik,” katanya, dikutip Selasa (2/4/2024).
“Apalagi tadi dengan janji Mentan (Menteri Pertanian Amran Sulaiman), saya pikir ini kita kawal bersama upaya betul-betul agar daerah yang berpotensi bisa tanam 2 kali, kita kejar betul-betul,” tambahnya.
Dengan efek La Nina tersebut, dia pun berharap musim panen raya di Indonesia bisa terjadi 2 kali.
“Harapan kami, beberapa tahun ini kan nggak ada panen raya 2 kali (dalam setahun), bisa panen raya lagi 2 kali. pertama Maret, Mei, April, lalu panen raya keduanya Juni, Juli, dan Agustus,” ujarnya.
“Kalau ini bisa panen raya 2 kali seperti sebelumnya, Insya Allah surplus akan naik. Kemudian pemerintah bisa melakukan pengadaan dalam negeri, sehingga kita betul-betul penyediaannya nggak hanya dari impor. Ini yang menurut saya sangat penting ke depan,” kata Sutarto.
Hanya saja, Sutarto menekankan, hal itu bisa tercapai jika La Nina bisa dimanfaatkan secara maksimal. Yakni, sepanjang dilakukan percepatan tanam pada periode Maret-April 2024, untuk menuju panen paling lambat di bulan Agustus 2024. Yang secara bersamaan menurut prediksi BMKG adalah puncak musim kemarau 2024 di Indonesia.
Dia juga menambahkan, penyediaan air yang cukup tetap perlu jadi prioritas.
Sementara itu, KSA BPS memprediksi, produksi padi di dalam negeri tahun 2024 ini akan mencapai puncak di bulan April, yakni sebesar 4,9 juta ton. Musim panen raya tahun ini diperkirakan terjadi sepanjang Maret-Mei 2024, dengan estimasi produksi masing-masing mencapai 3,83 juta ton, 4,9 juta ton, dan 3,35 juta ton.
Seperti diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis prediksi musim kemarau tahun 2024 pada 699 zona musim (ZOM) di Indonesia. Yang menunjukkan, sebagian besar wilayah diprediksi mengalami awal musim kemarau tahun 2024 pada bulan Mei hingga Agustus 2024 sebanyak 445 ZOM (63,66%).
Puncak musim kemarau tahun 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024 yaitu sebanyak 537 ZOM (77,27%). Jika dibandingkan terhadap normalnya, puncak musim kemarau 2024 di sebagian besar daerah diprediksi sama dengan normalnya yaitu sebanyak 290 ZOM (49,49%).
Terkait fenomena iklim El Nino, BMKG memprediksi El Nino secara gradual akan beralih menjadi Netral mulai Mei-juni-Juli 2024. Dan setelahnya Indonesia diprediksi akan mengalami fenomena La Nina, anomali iklim yang berbanding terbalik dengan El Nino.
“Fenomena El Nino tersebut diprediksi akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli 2024. Dan setelah triwulan ketiga (Juli-Agustus-September) 2024 berpotensi beralih menjadi La Nina-Lemah,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan resmi, 15 Maret 2024 lalu.
Mengutip BMKG, El Nino adalah anomali suhu permukaan laut di wilayah Pasifik Tengah Ekuator positif atau lebih panas dari rata-ratanya. Sementara La Nina adalah kondisi anomali suhu kebalikan El Nino.
Pengaruh El Nino terhadap curah hujan di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi suhu perairan wilayah Indonesia. El Nino berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara signifikan bila bersamaan dengan kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin (anomali negatif). Namun, bila kondisi suhu perairan lebih hangat (anomali positif), El Nino tidak signifikan memengaruhi curah hujan di Indonesia.
Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Pengaruh El Nino dan La Nina juga tergantung musim. Mengingat luasnya wilayah Indonesia, dampak El Nino /La Niña tidak merata atau seragam di seluruh wilayah.
Artikel Selanjutnya
Usai Kena El Nino Petani Terancam Dihajar La Nina, Ini Kata BMKG
(dce/dce)