Bos PT Timah Buka Alasan di Balik Produksi Anjlok, Ini Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Utama PT Timah Tbk (TINS), Ahmad Dani Virsal buka-bukaan perihal turunnya produksi timah perusahaan dalam beberapa tahun belakangan. Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi perusahaan perihal penurunan produksi tersebut.

Berdasarkan catatan PT Timah, produksi bijih timah pada 2023 mengalami penurunan 26% menjadi 14.855 ton dari 20.079 ton pada 2022. Dari sisi produksi logam timah, pada 2023 produksi logam timah juga turun 23% menjadi 15.340 ton dari 19.825 ton pada 2022.

Sementara dari sisi penjualan, penjualan logam timah pada 2023 turun 31% menjadi 14.385 ton dari 20.805 ton pada 2022 lalu.

“Memang banyak masalah ya sebenarnya, ada masalah sosial, masalah social lesson to operate, metode penambangan, cara penambangan. Banyak secara teknis dan secara sosial juga banyak yang mesti diperbaiki untuk tingkatkan produksi,” ungkap Ahmad Dani Virsal usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR di Gedung DPR, dikutip Rabu (3/4/2024).

Sejatinya, Ia tak menampik bahwa penurunan produksi terjadi karena maraknya pertambangan ilegal. Namun yang pasti penurunan produksi imbas dari tata kelola yang kurang baik. “Sebenarnya tata kelolanya ya, bukan hanya produksi tambang ilegal, tapi bagaimana flow of business pertimahan harus dikelola sesuai regulasi yang ada,” tandas dia.

Pada tahun 2023, PT Timah juga membukukan laba bersih Rp 450 miliar atau turun dari capaian laba bersih selama 2022 yang tercatat mencapai Rp 1,04 triliun.

Penurunan laba dipicu menurunnya harga timah di pasar dunia, serta penurunan volume produksi bijih dan logam timah. Di mana, harga jual rata-rata timah pada 2023 tercatat “hanya” sebesar US$ 26.583 per metrik ton, turun 16% dari 2022 sebesar US$ 31.474 per metrik ton.

Akibatnya, pendapatan PT Timah Tbk pada 2023 anjlok 33% menjadi Rp 8,39 triliun dari Rp 12,50 triliun pada 2022. Sementara EBITDA pada 2023 anjlok 71% menjadi Rp 684 miliar pada 2023 dari Rp 2,37 triliun pada 2022.

[Gambas:Video CNBC]