Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada mantan Presiden Taiwan Ma Ying Jeou bahwa persaudaraan antara kedua pihak tidak dapat diintervensi oleh pihak luar. Hal ini terjadi saat pemerintahan Taiwan terus berusaha melemahkan klaim Beijing yang menyebut pulau itu sebagai bagian integral dari kekuasaannya.
Sejak pemerintah Republik China yang kalah melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 pasca kalah perang saudara melawan komunis Mao Zedong, tidak ada pemimpin Taiwan yang pernah mengunjungi China.
Namun Ma, presiden dari tahun 2008 hingga 2016, tahun lalu menjadi mantan pemimpin Taiwan pertama yang mengunjungi China. Ia saat ini juga sedang dalam lawatan ke Negeri Tirai Bambu itu, meski hubungan militer keduanya memanas.
Saat bertemu dengan Ma di Aula Besar Rakyat Beijing, tempat para pemimpin asing biasanya mengadakan pembicaraan dengan pejabat tinggi China, Xi mengatakan bahwa orang-orang di kedua sisi Selat Taiwan adalah orang China.
“Campur tangan eksternal tidak dapat menghentikan tren historis reuni negara dan keluarga,” kata Xi, dalam komentarnya yang dilansir media Taiwan, dikutip Reuters, Rabu (10/4/2024).
Xi tidak menjelaskan lebih lanjut namun dalam terminologi campur tangan eksternal terhadap Taiwan. Namun hal ini umumnya ditujukan pada dukungan yang didapat Taipei dari negara-negara Barat seperti Amerika Serikat (AS).
“Tidak ada dendam yang tidak dapat diselesaikan, tidak ada masalah yang tidak dapat dibicarakan, dan tidak ada kekuatan yang dapat memisahkan kita,” imbuhnya.
Sementara itu, Ma menjelaskan bahwa ketegangan militer telah menimbulkan kegelisahan bagi banyak warga Taiwan. Ia menyebut konflik keduanya pun dapat menjadi sesuatu yang merugikan bagi keduanya.
“Orang China di kedua sisi selat benar-benar memiliki kebijaksanaan yang cukup untuk menangani semua perselisihan secara damai dan menghindari konflik,” paparnya.
Artikel Selanjutnya
Xi Jinping Buka-bukaan Rencana China atas Taiwan ke Biden
(tps/wur)