Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut eskalasi konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel belum akan berdampak pada kenaikan harga batu bara. Bahkan, rata-rata harga batu bara saat ini juga masih lemah di kisaran US$ 130-an per ton.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengatakan harga batu bara saat ini mengalami fluktuasi. Namun, apabila konflik meluas dan berkepanjangan, tidak menutup kemungkinan hal tersebut bakal mengerek kenaikan harga komoditas emas hitam tersebut.

“Kalau eskalasi naik terus pasti ada (kenaikan harga). Sekarang masih naik turun berapa sen, kadang naik, ada statistiknya kan,” kata Irwandy di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Di samping itu, Irwandy mengungkapkan apabila konflik Iran dan Israel berlangsung cukup panjang, hal itu belum tentu akan berdampak pada penjualan batu bara RI. Mengingat, pasar ekspor batu bara RI masih didominasi oleh negara-negara di Asia.

“Belum tentu (penjualan naik), karena pasar kita sudah established, sudah tertentu,” tambahnya.

Perlu diketahui, harga batu bara dunia terpantau menguat nyaris 3% seiring dengan harga minyak yang tinggi akibat serangan Iran ke Israel. Selain itu, ada bukti baru bahwa batu bara belum ‘kiamat’ juga turut mendongkrak harga.

Pada perdagangan Senin (15/4/2024), harga batu bara dunia acuan Newcastle untuk kontrak Mei 2024 tercatat US$ 136,5 per ton, menguat 2,75% dibandingkan hari sebelumnya.

Bukti baru bahwa batu bara dunia belum ‘kiamat’ terungkap dari sebuah laporan oleh Global Energy Monitor (GEM) yang dirilis pada hari Kamis (11/4/2024).

Dalam pernyataannya, GEM menyoroti bagaimana dunia menambah lebih banyak kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun lalu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sejak tahun 2016.

Menurut data dari GEM, Tiongkok memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru berkapasitas 70,2 GW pada tahun lalu, hampir 20 kali lipat dibandingkan negara-negara lain di dunia yang berkapasitas 3,7 GW. Negara ini juga baru menghentikan sekitar 3,7 GW kapasitas batu baranya pada tahun 2023.

Negara lain yang meluncurkan pembangkit listrik tenaga batu bara baru selain China adalah Indonesia, India, Vietnam, Jepang, Bangladesh, Pakistan, Korea Selatan, Yunani, dan Zimbabwe.

Sementara itu, negara-negara lain seperti AS dan Inggris, memperlambat laju penutupan pembangkit listrik mereka, dengan hanya sekitar 22,1 GW yang dihentikan pada tahun lalu – jumlah terkecil sejak tahun 2011.

Batu bara juga mendapatkan dorongan dari potensi permintaan dari China seiring dengan tren musim panas yang akan datang. Sentimen ini memacu untuk pasokan kembali ditingkatkan, sebagai langkah mencegah kekhawatiran lonjakan harga saat terjadi suhu panas tahun lalu.

Sebagai informasi, China pada tahun lalu dilanda gelombang suhu panas mencapai 52,2 derajat Celcius yang memacu permintaan pendingin ruangan yang membutuhkan energi tinggi.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


MIP Batu Bara Berlaku Januari 2024, Ini Kata Pengusaha!


(wia)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *